Kamis, 27 September 2012

askeb neonatus obstruksi biliaris


A.      DEFINISI

Obstruksi billiaris merupakan suatu kelainan bawaan karena adanya penyumbatan pada saluran empedu, sehingga cairan empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus dan akhirnya dikeluarkan dalam feses. ( Vivian Nanny Lia Dewi,2010 )
Obstruksi billiaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk di keluarkan sebagai sterkobilin dalam feses.
Obstruksi billiaris adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul dan adanya timbunan kristal didalam empedu. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut.
B.ETIOLOGI
Penyebab ostruksi biliaris adalah tersumbatnya empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir dalam usus untuk dikeluarkan (sebagai strekobilin) didalam feses. Penyebab obstruksi biliaris juga disebabkan karena kelainan kongenital dan degenerasi sekunder.
Obstruksi duktus biliaris ini sering ditemukan, kemungkinan desebabkan:
1.    Batu empedu
2.    Karsinoma duktus biliaris
3.    Karsinoma kaput panksreas
4.    Radang duktus biliaris komunis yang menyebabkan striktura
5.    Ligasi yang tidak sengaja pada duktus biliaris komunis
Penderita tampak ikterik, akan sangat berat apabila obstruksi tidak dapat diatasi, bilirubin serum yang terkonjugasi meningkat, feses pucat dan urine berwarna gelap (pekat). Biasanya terdapat juga peningkatan kadar alkalin fosfate serum terutama transaminase.
Apabila terjadi obstruksi biliaris persisten, empedu yang terbendung dapat mengalami infeksi, menimbulkan kolangitis dan abses hepar. Kekurangan empedu dalam usus halus mempengaruhi absorpsi lemak dan zat yang terlarut dalam lemak (misalnya beberapa jenis vitamin).

C.TANDA DAN GEJALA

Adapun gejala-gejala dari obstruksi biliaris diantaranya yaitu:
1.     Gambaran klinis gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama yakni bayi ikterus
2.     Perut agak membuncit
3.     Muntah setelah beberapa jam dilahirkan
4.     Demam
5.     Perut sakit di sisi kanan atas
6.     Feses putih keabu-abuan
7.     Warna urine lebih tua karena mengandung urbilinogen

Apabila terjadi obstruksi biliaris persisten, empedu yang terbendung dapat mengalami infeksi, menimbulkan kolangitis dan abses hepar. Kekurangan empedu dalam usus halus mempengaruhi absorpsi lemak dan zat yang terlarut dalam lemak (misalnya beberapa jenis vitamin).
Obstruksi akut duktus biliaris utama pada umumnya disebabkan oleh batu empedu. Secara klinis akan menimbulkan nyeri kolik dan ikterus. Apabila kemudian sering terjadi infeksi pada traktus biliaris, duktus akan meradang (kolangitis) dan timbul demam. Kolangitis dapat belanjut menjadi abses hepar.
Obstuksi biliaris yang berulang menimbulkan fibrosis traktus portal dan regenerasi noduler sel hepar. Keadaan ini disebut sirosis biliaris sekunder.

D. PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya penatalaksanaan pasien dengan obstruksi biliaris bertujuan untuk menghilangkan penyebab sumbatan atau mengalihkan aliran empedu. Tindakan tersebut dapat berupa tindakan pembedahan misalnya pengangkatan batu atau reseksi tumor. Dapat pula upaya untuk menghilangkan sumbatan dengan tindakan endoskopi baik melalui papila vater atau dengan laparoskopi.
          Bila tindakan pembedahan tidak mungkin dilakukan untuk menghilangkan penyebab sumbatan, dilakukan tindakan drenase yang bertujuan agar empedu yang terhambat dapat dialirkan. Drenase dapat dilakukan keluar tubuh misalnya dengan pemasangan pipa naso bilier, pipa T pada duktus koledokus, atau kolesistostomi. Drenase interna dapat dilakukan dengan membuat pintasan bilio digestif. Drenase interna ini dapat berupa kelesisto-jejunostomi, koledoko-duodenostomi, koledoko-jejunustomi atau hepatiko-jejunustomi.
1.     Asuhan Kebidanan
2.     Pertahanan kesehatan bayi dengan pemberian makanan cukup gizi sesuai dengan kebutuhan, pencegahan hipotermia, pencegahan infeksi dan lain-lain.
3.     Lakukan konseling pada orang tua agar mereka menyadari bahwa kuning yang dialami bayinya bukan kuning biasa tetapi disebabakan karena adanya penyumbatan pada saluran empedu.
4.     Lakukan inform consent dan inform choice untuk dilakukan rujukan.
5.     Penatalaksanaan medisnya ialah dengan operasi elektif.




http://www.procto-med.com/biliary-system-diagram/


pre eklamsi ringan


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang             
Setiap tahun diperkirakan 529.000 wanita di dunia meninggal sebagai akibat komplikasi yang timbul dari kehamilan dan persalinan, sehingga diperkirakan terdapat angka kematian maternal sebesar 400 per 100.000 kelahiran hidup (estimasi kematian maternal dari WHO/ UNICEF/ UNFPA tahun 2011). Hal ini memiliki arti bahwa satu orang wanita di belahan dunia akan meninggal setiap menitnya.
Di indonesia, masalah kematian dan kesakitan ibu merupakan masalah besar. Pada tahun 2006, angka kematian ibu (AKI) masih menduduki urutan tertinggi di negara ASEAN yaitu 307/100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi (AKB) sebesar 37/1000 kelahiran hidup (Depkes, 2007). Pada tahun 2006 angka kematian ibu (AKI) masih menduduki urutan ke 4 dari bawah ASEAN setelah Negara Kamboja , Myanmar dan Laos. Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, seperti halnya di Negara lain adalah perdarahan, infeksi dan eklamsi.sedangkan angka kematian bayi (AKB) masih tergolong tinggi dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN yaitu 24/1000 kelahiran hidup, Malaysia 10/1000 kelahiran hidup dan Singapura 3/100kelahiranhidup,(http:/metrotvnews.com/indeex/metromain/news/2010/02/23/1141/ capaian-mdgs-terkendala-kasus-kematian-ibu).
Bandung, Jawa Barat menempati urutan ke tiga provinsi, dengan angka kematian ibu (AKI) melahirkan terburuk  di Indonesia. Dari setiap 100.000 kelahiran hidup, ada 343 ibu yang meninggal. Angka kematian bayi baru lahir di Jawa Barat adalah 43 dari 1000 kelahiran hidup. Ada pun AKI di Kabupaten Bekasi pada tahun 2008 sebanyak 25 kasus dan tahun 2009 sebanyak 23 kasus, terjadi penurunan pada tahun 2009.
Salah satu penyebab kematian ibu di atas telah di uraikan bahwa di sebabkan oleh komplikasi persalinan dengan preeklamsi ringan merupakan salah satu kehamilan yang beresiko tinggi, dimana dapat terjadi komplikasi pada ibu dan janin.
B.  Tujuan
1.   Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menerapkan pola pikir secara alamiah kedalam bentuk Asuhan Kebidanan pada ibu hamil menurut Managemen Varney pada ibu hamil dengan preeklamsi ringan.
2.     Tujuan Khusus
a.      Mahasiswa dapat mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan pasien secara keseluruhan .
b.     Mahasiswa dapat mengintrerpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa masalah .
c.      Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya .
d.     Mahasiswa mampu menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera melakukan tindakan atau konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien .
e.      Mahasiswa dapat menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan pada langkah-langkah sebelumnya .
f.      Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman .
g.     Mahasiswa mampu mengevaluasikan keefektifan dari asuhan yang telah diberikan.
C.      Manfaat
1.     Bagi Bidan
Bidan lebih meningkatkan kualitas pelayanan sehingga dapat melakukan asuhan kebidanan dengan baik, terutama pada kasus ibu hamil.
2.     Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswi Akademi Kebidanan Bhakti Bangsa dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan baik.
3.     Bagi Pasien
Ibu hamil dapat terhindar dari komplikasi pada saat hamil sehingga proses persalinan dapat berlangsung dengan aman.
4.     Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan bacaan dan juga dapat digunakan sebagai masukan awal untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Pengertian Preeklamsi Ringan
Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa (Ilmu kebidanan, 2008).
Preeklamsi adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari hipertensi, proteinuria dan edema, ibu tersebut tidak menunjukan tanda- tanda kelainan vascular atau hipertensi sebelumnya (Muchtar R., 1998)
Preeklamsi ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan  edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak UI Jakarta, 1998).
B.    Etiologi
Penyebab preeklamsi dan eklamsi secara pasti belum di ketahui. Teori yang banyak di kemukakan sebagai penyebabnya adalah iskemia plasenta atau kurangnya sirkulasi O2 ke plasenta.
Faktor predisposisi atau terjadinya preeklamsia dan eklampsia, antara   lain:
1.     Usia ekstrim ( 35 th)
Resiko terjadinya Preeklampsia meningkat seiring dengan peningkatan usia (peningkatan resiko 1,3 per 5 tahun peningkatan usia) dan dengan interval antar kehamilan (1,5 per 5 tahun interval antara kehamilan pertama dan kedua). Resiko terjadinya Preeklampsia pada wanita usia belasan terutama adalah karena lebih singkatnya. Sedang pada wanita usia lanjut terutama karena makin tua usia makin berkurang kemampuannya dalam mengatasi terjadinya respon inflamasi sistemik dan stress regangan hemodinamik.
2.     Riwayat Preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
riwayat Preeklampsia pada kehamilan sebelumnya memberikan resiko sebesar 13,1 % untuk terjadinya Preeklampsia pada kehamilan kedua dengan partner yang sama.
3.     Riwayat keluarga yang mengalami Preeklampsia
eklampsia dan Preeklampsia memiliki kecenderungan untuk diturunkan secara familial.
4.     Penyakit yang mendasari yaitu:
a.   Hipertensi kronis dan penyakit ginjal
b.   Obesitas,resistensi insulin dan diabetes
c.   Gangguan thrombofilik
d.   Faktor eksogen: Merokok, Stress, tekanan psikososial yang berhubungan dengan pekerjaan, latihan fisik,Infeksi saluran kemih.

C.    Klasifikasi  Preeklamsi Meliputi:
1.     Preeklamsi ringan
Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mm Hg dengan interval pemeriksaan 6 Jam dan diastoliknya 90-110 mm Hg 2 pengukuran berjarak 4 jam dan tanda lain proteinuria ++
2.     Preeklamsi Berat
Tekanan diastoliknya > 110 mmHg  pada kehamilan > 20 minggu dan tanda lain proteinuria +++, oliguria, pandangan kabur nyeri abdoment dan edema paru
3.     Eklamsi
Kejang, tekanan diastolik > 90 mmHg pada kehamilan > 20 minggu proteinuria > ++ , koma dan gejalanya sama denga preeklamsi berat
D.    Patofisiologi
Pre-eklamsi ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu. Oleh karena   itu, sebagian besar pemeriksaaan anatomik patologik berasal dari penderita eklampsi yang meninggal. Pada penyelidikan akhir-akhir ini dengan biopsi hati dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomi-patologik pada alat-alat itu pada pre-eklamsi tidak banyak berbeda dari pada ditemukakan pada eklamsi. Perlu dikemukakan disini bahwa tidak ada perubahan histopatologik khas pada pre-eklamsi dan eklamsi. Perdarahan, infark, nerkosis ditemukan dalam berbagai alat tubuh.


E.    Gambaran klinik preeklamsi
a.    Gejala subjektif
Pada Preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia, penglihatan kabur, nyeri  di daerah epigastrium, mual atau muntah-muntah karena perdarahan subkapsuer spasme areriol. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada Preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklamsia akan timbul. Tekanan darahpun akan meningkat lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah meningkat.
b.   Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan tekanan sistolik 30 mmHg dan diastolic 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mmHg. Tekanan darah pada Preeklampsia berat meningkat lebih dari 160/110 mmHg dan disertai kerusakan beberapa organ. Selain itu kita juga akan menemukan takikarda, takipnu, edema paru, perubahan kesadaran, hipertensi ensefalopati, hiperefleksia, perdarahan otak.
F.     Pengobatan untuk preeklamsia ringan
a.    Istirahat total ( bed-rest )
menyarankan untuk berbaring pada sisi kiri saat beristirahat.hal ini akan meningkatkan aliran darah dan mengurangi beban pembuluh darah besar.

b.   Pemeriksaan hamil
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ketempat pemeriksaan dan sering melakukan pemeriksaan sebelum kelahiran. Tujuan kunjungan adalah deteksi dini sehingga tidak perlu dirawat dan kondisi ibu-anak baik pada akhirnya.
c.    Mengurangi makan garam apabila berat badan bertambah atau edema.
d.   Minum 8 gelas air per hari
e.   Mencegah kenaikan peningkatan tekanan darah (berlanjut menjadi pre eklampsi berat),dengan memberikan obat Nefidipin 1 tablet sublingual 500 ml grm  Sedativa ringan : Phenobarbital 3 x30mg.
G.   Cara mencegah preeklamsia
Sampai saat ini, tidak ada cara pasti untuk mencegah preeklamsia. Ada faktor-faktor yang dapat penyebab terjadinya tekanan darah tinggi yang dapat dikontrol, ada juga yang tidak. Ikuti instruksi dokter mengenai diet dan olahraga diantaranya:
a.    Gunakan sedikit garam atau sama sekali tanpa garam pada makanan anda
b.   Minum 6-8 gelas air sehari
c.    Jangan banyak makan makanan yang digoreng dan junkfood
d.   Olahraga yang cukup Angkat kaki beberapa kali dalam sehari
e.    Hindari minum alkohol
f.    Hindari minuman yang mengandung kafein Dokter mungkin akan menyarankan untuk minum obat dan makan suplemen tambahan.
H.    Manajemen Asuhan Kebidanaan
1.   Definisi
       Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di gunakan sebagai metode mengorganisasi pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada klien. (varney,1997) 
2.   Manajemen Varney
a.   Langkah I (pengumpulan data)
   Data utama, data subyektif yang diperoleh dari anamnesa dan data obyektif dari pemeriksaan fisik di peroleh melalui serangkaian upaya sistemik dan terfokus. Validitas dan akurasi data akan sangat membantu pemberi pelayanan untuk melakukan analisis dan pada akhirnya, membuat keputusan klinik.
   Data subyektif adalah informasi yang diceritakan oleh ibu dan tambahan keluarga tentang apa yang dirasakan, apa yang sedang dan telah dialami. Data obyektif adalah informasi yang di kumpulkan berdasarkan pemeriksaan/pengamatan terhadap pasien.
(Asuhan Persalinan Normal,2007)
b.   Langkah II (interprestasi data untuk mendukung diagnosa atau identifikasi masalah)
   Dalam membuat diagnosa dan identifikasi masalah diperlukan yaitu data yang lengkap dan akurat, kemampuan untuk interprestasi data, pengetahuan esensial, intuisi dan pengalaman yang relevan dengan masalah yang ada. Diagnaosa dibuat sesuai dengan istilah atau nomenklatur spesifik kebidanan yang mengacu pada data utama, analisis data subyektif dan obyekti yang diperoleh. 
Contoh :  Diagnosa : Ibu G1P0A0 hamil 39 minggu dengan hipertensi, Janin tunggal hidup intra uterin presentasi kepala
c.   Langkah III (menetapkan diagnosa atau merumuskan masalah)
   Rumusan masalah mungkin saja dapat terkait langsung maupun tidak langsung terhadap diagnosis tetapi dapat pula merupakan masalah utama yang saling terkait dengan beberapa masalah penyerta atau factor yang berkontribusi dalam terjadinya masalah utama
Contoh : Ibu hamil dengan hidramnion, bayi makrosomia, kehamilan yang jelas secara diagnosa tetapi masih di barengi dengan masalah lanjutan walaupun masalah utamanya diselesaikan. Bayi besar yang mungkin dapat dengan selamat dilahirkan oleh penolong persalinan harus tetap di waspadai sebagai factor yang potensial untuk menimbulkan masalah, misalnya: bayi tadi mengalami hipoglikemi karena makrosomia diakibatkan oleh ibu yang diabetes mellitus atau terjadi perdarahan postpartum karena makrosomia adalah factor predisposisi untuk atonia uteri.  Asuhan Persalinan Normal,2007.
d.   Langkah IV (menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk menghadapi masalah)
   Para bidan harus pandai membaca situasi klinik dan masyarakat setempat sehingga mereka tanggap dalam mengenali kebutuhan terhadap tindakan segera sebagai langkah penyelamat ibu dan bayinya apabila situasi gawat darurat terjadi.
Contoh: Untuk menghadapi ibu hamil dengan preeklamsi berat dengan tekanan darah yang cenderung selalu meningkat maka seorang bidan harus berkonsultasi dengan tenaga ahli dirumah sakit atau spesialis obstetric terdekat untuk menyiapkan tindakan/upaya yang dapat dilakukan bila sang ibu mulai menunjukan gejala dan tanda gawat darurat.  
                Asuhan Persalinan Normal,2007
e.   Langkah V (menyusun rencana asuhan atau intervensi)
   Rencana asuhan atau intervensi bagi ibu bersalin dikembangkan melalui kajian data yang telah diperoleh, diidentifikasi kebutuhan atau kesiapan asuhan dan intervensi  serta dapat mengukur sumber daya atau kemampuan yang di miliki.      Rencana asuhan harus di jelaskan dengan baik kepada ibu dan keluarga agar mereka mengerti manfaat yang diharapkan dan bagaimana upaya penolong untuk menghindari ibu dan bayinya dari berbagai gangguan yang mungkin dapat mengancam keselamatan jiwa atau kualitas hidup mereka. Asuhan Persalinan Normal,2007.
f.    Langkah VI (melaksanakan asuhan)
   Setelah membuat rencana asuhan, laksanakan rencana tersebut secara tepat waktu dan aman. Hal ini akan menghindari terjadinya penyulit dan memastikan bahwa ibu atau bayinya yang baru lahir akan menerima asuhan atau perawatan yang mereka butuhkan. Asuhan Persalinan Normal,2007
g.   Langkah VII (memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi)
   Penatalaksanaan yang telah dikerjakan kemudian di evaluasikan untuk menilai efektifitasnya.
   Tentukan apakah perlu dikaji ulang atau diteruskan sesuai dengan rencana kebutuhan saat ini. Proses pengumpulan data, membuat diagnose, memilih intervensi, menilai kemampuan sendiri, melaksanakan asuhan atau intervensi dan evaluasi adalah proses sirkuler (melingkar), lanjutkan evaluasi asuhan yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir. Asuhan Persalinan Normal,2007.
3.   Metode SOAP
       Metode pendokumentasian yang digunakan dalam asuhan kebidanan adalah SOAP yang merupakan sinakatan dari:
a.   S (Subyektif)
   Informasi atau data yang diperoleh dari apa yang dilakukan klien atau keluarganya. Catatan ini berhubungan langsung dengan masalah sudut pandang pasien.
Contoh : Hasil anamnesa dari ibu : “ merasa hamil 9 bulan, sering pusing, haid terakhir tanggal 20 januari 2010, kehamilan yang kedua, belum pernah keguguran.
b.   O (Obyektif)
   Obyektif adalah data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan sewaktu melakukan pemeriksaan dan dari hasil pemeriksaan laboratorium.
   Apa yang dapat diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnose yang akan ditegakan.
Contoh : Hasil pemeriksaan palpasi abdomen : TFU pertengahan pusat prosesus xipoideus (34 cm), punggung kanan, belum masuk pintu atas panggul, DJJ 120x/menit, vital sign TD 150/90 mmHg, Hb 11gr%, protein urin positif.
c.   A (Analisa atau Asesmen)
   Adalah kesimpulan yang berdasarkan data subyektif dan data obyektif tersebut. Untuk tahapan asesmen mencangkup 3 tahapan kebidanan yaitu interpretasi data dasar, identifikasi, diagnose/masalah potensial dan identifikasi kebutuhan tindakan atau disimpulkan. Pada langkah ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnose potensial tidak terjadi.
Contoh:  Diagnosa   : Ibu G2P1A0 hamil 36 minggu dengan preeklamsi ringan, janin tunggal hidup intra uteri letak kepala
  Masalah Potensial : Preeklamsi berat
Antisipasi masalah : Observasi tanda dan gejala PEB
Kebutuhan tindakan segera : Tidak ada
d.   P (Planing)
   Adalah perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan kesimpulan yang telah di buat.
   Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang, untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin atau menjaga/mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari tiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya.
Contoh : menjelaskan tentang hasil pemeriksaan dan keadaan kehamilan, menjelaskan bahaya preeklamsi ringan terhadap ibu dan bayi, menjelaskan tanda-tanda bahaya dan tindakan yang harus segera dilakukan bila ibu mengalami tanda bahaya tersebut, menganjurkan ibu untuk kontrol 1 minggu sekali.

BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada tanggal 20 Juni 2012 pukul 16.00 WIB, Ny. E umur 25 tahun mengeluh pusing dan kakinya bengkak. Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit apapun. Riwayat menstruasi siklus 30 hari, banyaknya 3x ganti pembalut, teratur, lamanya 5 hari, sifat darah encer, dan tidak disminorhoe. Riwayat perkawinan syah 1 kali dan belum mempunyai anak. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu G1P0A0. Ibu mengatakan belum pernah menyusui sebelumnya. Riwayat hamil HPHT 08-10-2011 dan ramalan persalinannya tanggal 15-7-2012, ANC 8 kali teratur, hamil muda keluhan mual muntah, mendapatkan imunisasi TT 2 kali pada usia kehamilan 20 dan 24 munggu dan hamil tua keluhan pusing dan kaki bengkak. Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan KB apapun, ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit sistemik seperti DM, TBC, Asma, jantung, hipertensi, ginjal dan hepatitis dan ibu mengatakan tidak pernah dioperasi, dikeluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit apapun dan tidak ada keturunan kembar baik dari pihak ibu maupun suami. Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan dan jenis kelamin yang diharapkan laki-laki. Kebiasaan ibu sehari-hari antara lain makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk pauk bervariasi, sayuran dan buah-buahan, porsinya setengah piring dan tidak ada pantangan apapun, ibu minum air putih sehari ± 7-8 gelas dan tidak ada keluhan apapun, istirahat cukup tidur malam ± 6-7 jam dan tidur siang ± 2 jam. Ibu mengatakan tidak merokok dan tidak mengkonsumsi obat-obatan selain obat dari bidan, untuk eliminasi BAK ± 4 kali sehari konsistensinya jernih tapi tidak ada keluhan apapun, BAB 1 kali sehari konsistensi lunak dan berbau khas srta tidak ada keluhan apapun.
  Setelah dilakukan pemeriksaan status generalis didapatkan keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, TTV: tekanan darah 140/110 mmHg, 37°C, nadi 79x/menit, respirasi 20x/menit, tinggi badan ibu 162cm, BB sekarang 72 kg, BB sebelum hamil 68 kg, dan LILA 26 cm. Sedangkan dari hasil pemeriksaan sistematis muka sedikit bengkak, mata conjungtiva tidak pucat, skelera tidak kuning, palpebra tidak cekung. Hasil pemeriksaan mamae membesar, tidak ada tumor, simetris kanan dan kiri, aerola hyperpigmentasi, puting susu menonjol, kolostrum belum keluar, axilla tidak ada tumor dan nyeri tekan, ekstremitas tungkai simetris kanan dan kiri, tidak ada varices, oedema positif kanan dan kiri dan refleks pattela positif kanan dan kiri. Pemeriksaan khusus obstetric didapatkan inspeksi abdomen membesar dengan arah memanjang dan tidak ada pelebaran vena, striae albican, linea nigra, palpasi tidak ada kontraksi, TFU 30cm, Leopold I FU teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong) , Leopold II kanan teraba panjang, keras, seperti papan ( punggung), kiri teraba bagian-bagian kecil janin (ekstremitas), Leopold III terisi bulat, keras, tidak melenting (kepala), Leopold IV divergent 3/5 bagian, lingkar bendel tidak ada, nyeri tekan tidak ada, TBJ (30-11)x155= 2945 gram, DJJ terdengar jelas disatu titik frekuensi 146x/menit. Pemeriksaan ano genital tidak dilakukan, pemeriksaan laboratorium Hb dan urin reduksi tidak dilakukan, protein urin (++).
Berdasarkan hasil pengkajian dan hasil pemeriksaan didapatkan diagnosa yaitu ibu G1P0A0 hamil 36 minggu > 3 hari dengan preeklamsi ringan, Janin tunggal hidup intra uterin presentasi kepala. Dasar ibu mengatakan ini kehamilan pertamanya, belum pernah melahirkan dan tidak pernah keguguran, HPHT 08-10-2011, TD 140/110 mmHg dan hasil pemeriksaan protein urin (++), DJJ terdengar jelas disatu titik frekuensi 146x/menit, leopold III teraba bulat, keras, tidak melenting (kepala). Masalah ibu merasa pusing dan kakinya bengkak, masalah potensial preeklamsi berat antisipasi melakukan terapi penanganan preeklamsi dan observasi tanda dan gejala PEB, tindakan segera kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan.
Setelah menentukan diagnosa pada ibu rencana asuhan yang akan diberikan yaitu beritahu ibu dan keluarga tentang kondisi bu saat ini, beri terapi penanganan preeklamsi, anjurkan ibu untuk diet tinggi protein dan rendah lemak, beri tahu ibu tanda-tanda preeklamsi dan eklamsi, anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan 2 kali seminggu.
Setelah melakukan rencana pada ibu maka dapat melakukan tindakan yaitu memberitahu ibu dan keluarga bahwa kondisi ibu kurang baik yaitu ibu mengalami preeklamsi atau keracunan dalam kehamilan dimana salah satu cirinya yakni adanya peningkatan tekadan darah dan adanya protein dalam urin tapi preeklamsinya masih ringan, memberi terapi penanganan preeklamsi yaitu memberitahu ibu tentang pentingnya istirahat tidur malam minimal 7-8 jam dan tidur siang minimal 1 jam, menganjurkan ibu untuk tidak bekerja terlalu berat dan selalu menjaga ketenangan pikirannya, menganjurkan ibu untuk tidur dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala, menaganjurkan ibu untuk diet tinggi protein dan rendah lemak serta mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan untuk mengurangi tekanan darahnya, memberitahu i u tanda-tanda preklamsi berat dan eklamsi seperti sakit kepala yang hebat disertai penglihatan kabur, nyeri epigastrium, dan kejang, menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan 2 kali seminggu.
Setelah melakukan tindakan kami dapat mengevaluasi hasil ibu  dan keluarga sudah tau tentang kondisi ibu, ibu mengerti dengan apa yang dianjurkan oleh bidan, ibu berjanji akan melakukan apa yang dianjurka oleh bidan, ibu sudah tahu tentang tanda-tanda preeklamsi dan eklamsi, ibu berjanji akan melakukanpemeriksaan kehamilan 2 kali seminggu.







BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan pengkajian pada pasien Ny. E hamil dengan preeklamsi ringan. Terdapat kesenjangan pada teori dan tindakan yang telah dilakukan seperti, dalam teori pemeriksaan ibu hamil seharusnya dilakukan sesuai dengan manajemen varney, tetapi disini ada beberapa pemeriksaan yang tidak dilakukan seperti pemeriksaan rambut, hidung, telinga, mulut, leher, pemeriksaan anogenital dan pemeriksaan Hb dikarenakan waktu yang tidak memungkinkan.














BAB V
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1.     Mahasiswa telah dapat mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan Ny. E secara keseluruhan.
2.     Mahasiswa telah dapat menginterpretasikan data untuk mengidentifikasikan diagnosa dan masalah pada Ny. E.
3.     Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa masalah potensial  pada Ny. E dan mengantisipasi penanganannya.
4.     Mahasiswa mampu menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera melakukan tindakan atau konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi Ny. E.
5.     Mahasiswa dapat menyusun rencana asuhan pada Ny. E secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan pada langkah-langkah sebelumnya.
6.     Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaaan langsung asuhan pada Ny. E secara efisien dan aman.
7.     Mahasiswa mampu mengevaluasikan keefektifan dari asuhan yang telah diberikan pada Ny. E.


B.      Saran
1.   Untuk  Bidan
Bidan lebih meningkatkan kualitas pelayanan sehingga dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan baik, terutama kasus ibu bersalin dengan masalah yang ada.
2.   Untuk Mahasiswa
Mahasiswa dapat lebih mendalami tentang penanganan ibu bersalin dengan masalah yang ada.
3.    Untuk Institut Pendidikan
Mengembangkan teori baru dan memonitori mahasiswa dalam praktek.